Jumat, 21 Februari 2014

Hotel Nyaman Itu Bernama Sekretariat


    Dalam salah satu albumnya, sang legenda Bang Iwan Fals pernah menuliskan sebuah lagu yang menceritakan tentang  para buruh yang ingin berlibur bersama keluarga tercintanya. Meskipun hanya satu kali dalam satu tahun, tetapi bang Iwan menerangkan dalam liriknya bahwa liburan itu penting. Lagu itu berjudul Libur Kecil Kaum Kusam.

    Memang setiap orang siapapun itu, tanpa mengenal latar belakang, pekerjaan, budaya, agama dan lainnya pasti menyukai liburan. Entah caranya seperti apa, kemana tujuan mereka, tapi mereka butuh liburan setelah sekian lama bergelut dengan urusan rutinitas yang membelenggu jiwa serta otak mereka. Saya akui saya termasuk di dalam golongan manusia dengan kategori seperti apa yang diceritakan bang Iwan dalam judul yang tadi saya sebutkan di atas.

    Untuk berpergian dengan jarak yang dapat ditempuh dalam hitungan jam, mungkin kita hanya akan menghitung biaya untuk bahan bakar atau ongkos transportasi, biaya masuk lokasi wisata,  makan dan oleh-oleh jika kita memang merasa itu penting. Namun, untuk ukuran jarak yang membutuhkan waktu berhari-hari ada biaya tambahan lain yang tak bisa kita anggap remeh, yaitu urusan Tidur dan inap menginap.

    Ukuran saku saya memang sama dengan ukuran saku para teman-teman yang mungkin sekarang sedang membaca tulisan saya ini. Namun, isinya itu loh yang berbeda. Untuk ukuran (isi) kantong saya yang pas-pasan, biaya untuk inap-menginap itu selama sedang dalam tugas (baca:liburan)  perlu saya siasati agar saya mampu bertahan lebih lama, dengan jumlah tempat destinasi yang bertambah. Atau ketika saya ambil dana yang sekali lagi saya miliki itu sangat minim untuk urusan inap-menginap dari biaya perjalanan saya, saya akui mungkin saya akan pulang dengan berjalan kaki.

    Saya pernah beberapa kali tidur di trotoar atau di depan sebuah toko. Tapi ini tidur hanya beberapa jam saja karena sedang menunggu kendaraan. Pernah juga saya tidur di Mushala Pom bensin. Pernah tidur di stasiun kereta api. Pos keamanan juga pernah menjadi lapak saya untuk tidur. Orang-orang yang baru saya kenal juga terkadang pernah saya repotkan untuk menginap beberapa hari di rumahnya. Dan yang tersering adalah numpang tidur di sekretariat pecinta alam di manapun saya berada yang memiliki sekretariat. Entah itu Mapala (mahasiswa Pecinta Alam) ataupun KPA (komunitas Pecinta Alam)

    Sekretariat pecinta alam, entah itu Mapala maupun KPA menjadi tempat favorit saya dalam urusan inap menginap selama saya melakukan perjalanan. Selain menghemat biaya, tidur di sekretariat membuat  saya seolah merasakan sedang berada di rumah sendiri. Tak hanya itu, penghuni sekretariat merupakan contoh manusia-manusia yang menurut saya memiliki selera humor yang tinggi, baik dan ramah. Meroko terkadang dari bungkus yang sama. Hanya terkadang karena kalau beli rokok perbungkus pasti takkan awet lama karena yang meroko jenis manusia dengan paru-paru seperti kereta api. Tak hanya merokok, terkadang makanpun kita berbagi bersama sekalipun hanya dengan lauk seadanya. Sungguh kebersamaan yang indah dan takkan pernah terlupa.

    Saya sangat suka sekali pake banget tidur di sekretariat, meskipun dan bagaimanapun kondisi sekretariat itu. Bantal yang berbagi, beralaskan matras lipat, berselimutkan sarung atau sleeping bag, kipas angin yang sudah hilang penutup depannya, nyamuk-nyamuk kebonnya yang ganas-ganas, tidur berdesak-desakan. Tapi kondisi-kondisi menyedihkan seperti itu lebih saya nikmati dan takkan pernah ada gantinya ketimbang saya tidur di hotel mewah dengan kualitas bintang sekalipun. So wonderful life.

    Bukan hanya itu, sahabat-sahabat kita penghuni sekretariat itu sangat senang mengantar kita ke tempat-tempat indah di daerah yang kita kunjungi. Meskipun dengan motor yang tak ada rem depan dan bunyinya sudah seperti mesin bubut yang berisik. Itu juga bisa meminimalkan bugdet kita selama dalam perjalanan. Ketimbang kita harus naik angkutan ke destinasi yang ingin kita kunjungi. Otomastis pilihan pertama itu jauh lebih effisien dan low cost. 

    Namun, ada kalanya kita kewalahan oleh kenakalan anak remaja yang juga mengendap seolah menjadi tradisi di sekretariat Mapala maupun sekretariat KPA. Tapi ya itu, kenakalan yang satu ini terkadang yang malah menyatukan kita. Karena menyatukan inilah yang akhirnya membuat saya juga ikut-ikutan nakal.  Baru datang sudah diajak nakal, bahkan sebelum pulang pun kita seolah dibuat nakal sampai lupa dan dipaksa untuk pulang nanti-nanti saja. Nakal yang saya ceritakan diatas tak perlu ditiru kalau anda emang orang baik-baik saja. Ya kalau anda emang mau nakal ya silahkan. Namanya anak laki-laki wajar lah kalau nakal sedikit.

    Di akhir tulisan saya ingin mengucapkan terima kasih yang takkan pernah bisa saya balas kepada saudara-saudara saya di manapun engkau berada yang pernah mau saya repotkan. Sungguh tiada hari yang lebih indah dari masa-masa kita menyanyi bersama dengan suara kencang-kencang meskipun sedang dalam kondisi nakal. Persahabatan diantara sesama pecinta alam dan penempuh rimba yang saya rasakan sungguh tiada duanya.  Dan kini saya tak pernah merasa takut ataupun risau manakala saya kehabisan ongkos dimanapun saya berada. SALAM LESTARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar