Kamis, 06 Maret 2014

Jakarta, 7 Maret Dini hari 2014

Penyesalan selalu datang di episode akhir hidup manusia. ia datang ketika semua seolah sudah tidak bisa diperbaiki lagi seperti sebelum semuanya terjadi hari ini.

aku tersudut di ruangaku tersudut di ruang kosong dengan linangan air mata. mataku memerah saga. terlalu banyak air mata penyesalan yang telah terurai. tanganku memeluk lutut dan memandangi tembok retak yang catnya telah terkelupas dimana-mana. yang kulihat adalah tembok, mencari sebuah pembenaran atas segala sikap dan perbuatan yang elah menjadi rekaman yang tak bisa diedit lagi atau dihilangkan bagian-bagian di dalamnya. yang kulihat bukan sebuah pembenaran diri, melainkan segala penyesalan yang terlanjur menjadi sebuah kebodohan yang kini aku harus tanggung resikonya.

oh tuhanku,
ternyata dalam keadaan tersudut seperti ini baru kusebut namamu, terlihat berat aku mengucap agung namamu. tapi itulah kejujuran terjujur yang muncul dari keegoisanku memandang arti namamu. permukaan hatiku yang angkuh dan penuh dengan kesombongan ternyata masih juga mengakui kekuatan namamu yang selama ini aku tepiskan.