Jumat, 21 Februari 2014

Aku Pendamba Senja

Langit menjadi lain, Angin seolah mengalir

Seperti menina bobokan si kecil yang sedang rewel, Pelan sekali

Di ujung lelah, setelah segan menatap nanar pijar sang siang



Langit bernoktahkan Jingga

Riak awan yang menggumpal terpapar sinar matahari yang mulai lelah.



Horison merefleksikan rona keemasan

Membuat garis imaji yang tak berujung

Jingga berpendar, memanjakan mata dan jiwa



Bibir terdiam, terpagut dalam takjub

Teriakan syukur yang berkecamuk dalam diam



Kegelapan, cepat sekali melumat terang.

Meninggalkan jejak rindu yang selalu ingin bertemu lagi.



Dalam semburat Jingga Senja, kuukir rindu

Kuterawang jauh menembus horison

Kutunggu engkau sang dewi jingga

Dalam kelabu senja di atap langit lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar